Jumat, 18 November 2011

Kebijakan Harun Al Rasyid

Ketika Ali tumbuh dewasa, dia menjadi seorang yang sangat beriman dan pergi bersama temannya Ahmad berziarah ke Mekah. Suatu hari mereka berhenti di sebuah desa kecil untuk makan siang. Ahmad mempunyai lima potong roti dan Ali tiga. Ketika mereka hampir memakannya, seorang tak dikenal datang dan mengatakan kalau ia tidak membawa makanan sama sekali tetapi ia mempunyai banyak uang, ia bertanya apakah mereka mau membagi makanan mereka. Kedua peziarah setuju, dan delapan potong roti itu dibagi tiga dalam jumlah yang sama. Setelah selesai makan, orang tak dikenal itu berterima kasih dan memberi delapan koin dengan jumlah yang sama, lalu pergi.

“Masalah muncul ketika memikirkan bagaimana cara adil membagi jumlah uang itu. Ahmad mengusulkan kalau dia mendapat lima koin dan Ali tiga koin, karena Ahmad memberi lima potong roti dan Ali tiga.”

“Kedengarannya pembagian yang adil,” kata raja.
Tapi Ali berpendapat pembagian tersebut tidak adil, dia merasa seharusnya mendapat sejumlah antara tiga dan empat koin, namun mengakui kalau ia tak tahu jumlah persis pecahan tersebut. Karena mereka tak dapat memecahkan masalah ini bersama, mereka membawa masalah ini ke wali, tapi wali juga tak mampu memecahkan masalah itu

“ Bawa ke kazi, saran sang wali. Dia seharusnya mampu mengatasi masalah ini.”
Begitulah mereka membawa masalah ini ke kazi.
“Ya Tuhan ,” teriak kazi,”bahkan Ebenezer, sang penyihir tak dapat memecahkan masalah ini! Seharusnya dipecahkan oleh penguasa kaum beriman itu sendiri!”

Maka Harun Al Rasyid mengadili masalah itu, dikelilingi sejumlah orang yang ingin tahu keputusannya. Dengan penuh keheranan Ali dan Ahmad, juga semua yang hadir, khalifah tersebut berkata: “Biarlah yang mempunyai lima potong roti ini mengambil tujug koin dan orang yang mempunyai tiga potong roti ini mengambil hanya satu koin. Kasus ditutup.”

Bagaimana Harun memperoleh angka tujuh dan satu itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar